"Apa maksudmu aku tidak tersenyum?"
Miyamori Miki memiringkan kepalanya. Kedua manik matanya menatap Tsujimaru Seiichiro, sang pianis pemilik mata syahdu yang tersembunyi di balik kacamata milik yang dikenakannya - membuat perawakannya terlihat inteligen sekaligus menawan.
Tanda tanya yang besar tersirat dari raut wajah Miki. Ia tidak biasa bermain tebak-tebakan dan kini Tsujimaru Seiichiro yang hanya tersenyum saja padanya hanya membuatnya semakin bingung.
Tidak tersenyum? Bukankah jelas-jelas ia baru saja tersenyum? Miki dapat merasakan otot-otot yang menarik kedua ujung bibirnya terangkat. Ia tersenyum. "Aku tersenyum."
"Tidak, Miyamori-san." Seiichiro menggeleng pelan, tak menatap lawan bicaranya.
Tangan kiri Seiichiro bergerak perlahan, menekan beberapa tuts piano secara menyamping dan senyum kecil terkembang di bibir tipisnya. Seiichiro menoleh, "Miyamori-san, katakan padaku."
Miki mengangkat wajahnya, rasa penasaran menyelimuti pikirannya. Sang pianis yang selama ini hanya bisa ia kagumi dari jauh kini berada hanya beberapa kaki di depannya.
"Apa yang membuatmu tetap bertahan?"
"Apa maksudmu?"
"Seminggu. Selama seminggu, kau terus berdiri di pojok - mendengarkan. Apa yang membuatmu tetap bertahan mendengar apa yang kumainkan?"
Miki terdiam. Rasa takut akan kehilangan melodi musim panas menyelimuti pikirannya. "Apa ini berarti aku tidak boleh melihatmu bermain?"
Tetapi berbeda dengan perkiraan Miki, Tsujimaru Seiichiro hanya tertawa. "Aku hanya ingin tahu alasanmu, Miyamori Miki."
"Aku..," Miki tidak yakin bagaimana harus memulainya. Sejak pertama kali ia mendengar melodi yang dimainkan oleh Tsujimaru-san, Miki tak bisa melepaskannya. Seakan hal tersebut adalah hal yang selama ini ia cari. Melodi yang ia nantikan.
"Aku tak tahu."
"Kau tak tahu?"
"Aku hanya merasa.... permainanmu adalah inti dari musim panasku kali ini, Tsujimaru-san." dan Miki tersenyum. "Kau tahu, seperti sudah sejak lama aku menantikan seseorang dengan permainan sepertimu dan akhirnya, aku menemukannya."
Laki-laki tersebut terdiam. Tatapannya mengisyaratkan Miki untuk melanjutkan.
"Tolong jangan berhenti bermain, Tsujimaru-san."
"Boleh aku minta tolong suatu hal kepadamu?" Seiichiro menangkap Miki tepat di matanya, mengunci pandangannya. Hanya satu yang ia mau untuk saat ini.
"Jangan pernah berhenti tersenyum kepadaku, Miki-chan."
Miyamori Miki memiringkan kepalanya. Kedua manik matanya menatap Tsujimaru Seiichiro, sang pianis pemilik mata syahdu yang tersembunyi di balik kacamata milik yang dikenakannya - membuat perawakannya terlihat inteligen sekaligus menawan.
Tanda tanya yang besar tersirat dari raut wajah Miki. Ia tidak biasa bermain tebak-tebakan dan kini Tsujimaru Seiichiro yang hanya tersenyum saja padanya hanya membuatnya semakin bingung.
Tidak tersenyum? Bukankah jelas-jelas ia baru saja tersenyum? Miki dapat merasakan otot-otot yang menarik kedua ujung bibirnya terangkat. Ia tersenyum. "Aku tersenyum."
"Tidak, Miyamori-san." Seiichiro menggeleng pelan, tak menatap lawan bicaranya.
Tangan kiri Seiichiro bergerak perlahan, menekan beberapa tuts piano secara menyamping dan senyum kecil terkembang di bibir tipisnya. Seiichiro menoleh, "Miyamori-san, katakan padaku."
Miki mengangkat wajahnya, rasa penasaran menyelimuti pikirannya. Sang pianis yang selama ini hanya bisa ia kagumi dari jauh kini berada hanya beberapa kaki di depannya.
"Apa yang membuatmu tetap bertahan?"
"Apa maksudmu?"
"Seminggu. Selama seminggu, kau terus berdiri di pojok - mendengarkan. Apa yang membuatmu tetap bertahan mendengar apa yang kumainkan?"
Miki terdiam. Rasa takut akan kehilangan melodi musim panas menyelimuti pikirannya. "Apa ini berarti aku tidak boleh melihatmu bermain?"
Tetapi berbeda dengan perkiraan Miki, Tsujimaru Seiichiro hanya tertawa. "Aku hanya ingin tahu alasanmu, Miyamori Miki."
"Aku..," Miki tidak yakin bagaimana harus memulainya. Sejak pertama kali ia mendengar melodi yang dimainkan oleh Tsujimaru-san, Miki tak bisa melepaskannya. Seakan hal tersebut adalah hal yang selama ini ia cari. Melodi yang ia nantikan.
"Aku tak tahu."
"Kau tak tahu?"
"Aku hanya merasa.... permainanmu adalah inti dari musim panasku kali ini, Tsujimaru-san." dan Miki tersenyum. "Kau tahu, seperti sudah sejak lama aku menantikan seseorang dengan permainan sepertimu dan akhirnya, aku menemukannya."
Laki-laki tersebut terdiam. Tatapannya mengisyaratkan Miki untuk melanjutkan.
"Tolong jangan berhenti bermain, Tsujimaru-san."
"Boleh aku minta tolong suatu hal kepadamu?" Seiichiro menangkap Miki tepat di matanya, mengunci pandangannya. Hanya satu yang ia mau untuk saat ini.
"Jangan pernah berhenti tersenyum kepadaku, Miki-chan."
(to be continued...)