Apa yang dilakukan Jared disini? Di tempat ini?
Aku hampir tak mempercayai penglihatanku. Jared yang (biasa) hanya bisa ku lihat dari jauh, sekarang berdiri beberapa kaki di hadapanku. Jantungku tak hanya berdebar begitu keras, tetapi juga terselip rasa sakit.
Seperti ada sesuatu yang menghantam hatimu, begitu keras sehingga menyisakan sebuah rasa sakit yang luar biasa sampai pada titik kau tidak bisa bernafas dan membuat dirimu lemah, sehingga kau berpikir bahwa berdiri adalah hal yang tidak mungkin. Sakit sekali.
Jared tak berkata-kata dan hanya menatapku. Diam bagiku bukanlah hal yang asing, tapi baru kali ini aku merasa diam begitu menyiksa.
Aku ingin membuka mulut, bertanya, tapi tidak bisa. Sama seperti biasanya. Aku hanya bisa diam. Lidahku begitu kelu. Aku menatapnya dan sekali lagi, sama seperti setiap saat, Jared selalu menimbulkan efek yang sama bagiku.
Hatiku terasa seperti dihantam oleh sesuatu, begitu keras, begitu menyakitkan. Aku tidak bisa terus-terusan berada disini.
Tepat ketika aku berbalik, hendak kembali ke lapangan football, sesuatu yang dingin menyentuh pergelangan tanganku dan menarikku kembali.
"Jared. Kau mau apa?" Aku berusaha melepaskan cengkramannya di pergelangan tanganku, tapi tak bisa. Di balik tangannya yang begitu dingin, cengkraman Jared begitu kuat dan ia mendorongku hingga punggungku menabrak loker yang terasa begitu dingin. "Jared!"
Aku tidak bisa merasakan apa-apa selain debaran jantungku yang begitu keras dan tangan dingin Jared pada pergelangan tanganku. Jared tak berkata apa-apa, hanya diam menunduk dan menatapku.
"Sejak kapan?" akhirnya, setelah hening yang terasa begitu lama, Jared membuka suara.
"Excuse me?"
"Sudah lama, aku tidak pernah melihatmu tersenyum lagi. Apa kau bahagia... dengannya?"
Apa maksudmu? Kau pikir semua ini gara-gara siapa? "Jared. Berhenti bersikap seperti ini." Aku ingin terdengar tegas, tapi aku tak bisa. Posisi Jared yang begitu dekat dengan wajahku, membuatku merasa lemah.
"Allison." Mata Jared menatapku dalam-dalam, dan aku tak berkutik. Ada sesuatu dalam mata Jared, sesuatu yang tak biasanya pada mata dinginnya. Seperti ia mencari sesuatu yang hilang, tetapi ia tak tahu apa itu.
Aku hampir tak mempercayai penglihatanku. Jared yang (biasa) hanya bisa ku lihat dari jauh, sekarang berdiri beberapa kaki di hadapanku. Jantungku tak hanya berdebar begitu keras, tetapi juga terselip rasa sakit.
Seperti ada sesuatu yang menghantam hatimu, begitu keras sehingga menyisakan sebuah rasa sakit yang luar biasa sampai pada titik kau tidak bisa bernafas dan membuat dirimu lemah, sehingga kau berpikir bahwa berdiri adalah hal yang tidak mungkin. Sakit sekali.
Jared tak berkata-kata dan hanya menatapku. Diam bagiku bukanlah hal yang asing, tapi baru kali ini aku merasa diam begitu menyiksa.
Aku ingin membuka mulut, bertanya, tapi tidak bisa. Sama seperti biasanya. Aku hanya bisa diam. Lidahku begitu kelu. Aku menatapnya dan sekali lagi, sama seperti setiap saat, Jared selalu menimbulkan efek yang sama bagiku.
Hatiku terasa seperti dihantam oleh sesuatu, begitu keras, begitu menyakitkan. Aku tidak bisa terus-terusan berada disini.
Tepat ketika aku berbalik, hendak kembali ke lapangan football, sesuatu yang dingin menyentuh pergelangan tanganku dan menarikku kembali.
"Jared. Kau mau apa?" Aku berusaha melepaskan cengkramannya di pergelangan tanganku, tapi tak bisa. Di balik tangannya yang begitu dingin, cengkraman Jared begitu kuat dan ia mendorongku hingga punggungku menabrak loker yang terasa begitu dingin. "Jared!"
Aku tidak bisa merasakan apa-apa selain debaran jantungku yang begitu keras dan tangan dingin Jared pada pergelangan tanganku. Jared tak berkata apa-apa, hanya diam menunduk dan menatapku.
"Sejak kapan?" akhirnya, setelah hening yang terasa begitu lama, Jared membuka suara.
"Excuse me?"
"Sudah lama, aku tidak pernah melihatmu tersenyum lagi. Apa kau bahagia... dengannya?"
Apa maksudmu? Kau pikir semua ini gara-gara siapa? "Jared. Berhenti bersikap seperti ini." Aku ingin terdengar tegas, tapi aku tak bisa. Posisi Jared yang begitu dekat dengan wajahku, membuatku merasa lemah.
"Allison." Mata Jared menatapku dalam-dalam, dan aku tak berkutik. Ada sesuatu dalam mata Jared, sesuatu yang tak biasanya pada mata dinginnya. Seperti ia mencari sesuatu yang hilang, tetapi ia tak tahu apa itu.
Aku menghela nafas, hendak berkata-kata. Tapi, bahkan sebelum hal itu sempat kulakukan, Jared membungkam semuanya. Ia menunduk dan menciumku, lembut.
Satu hal yang tak pernah kubayangkan.
Segala rasa seperti berkumpul di perutku. Aku tidak pernah membayangkan first kiss-ku akan seperti ini. Di hallway yang sepi, dengan Jared. Aku tak pernah berani memimpikan hal itu sebelumnya. Tapi, hari ini hal itu benar-benar terjadi.
Untuk sesaat aku lupa dengan segalanya. Jared menciumku seperti tak ada lagi hari esok, seperti... ya, seperti ia mencintaiku. Tapi, aku tahu mimpi tersebut segera berakhir ketika Jared menarik dirinya.
"Kenapa?" tanyaku. Suaraku bergetar, aku sendiri tak yakin mengapa. "Kenapa kau terus menerus melakukan ini padaku, Jared? Kenapa kau tidak pernah melepaskanku? Kau sendiri yang mengatakan kau tak pernah menginginkanku. Kenapa?"
Jared berpaling, tidak ingin menatap mataku dan aku melepaskan cengkramannya pada tanganku. "Berhenti bermain, Jared. Kau tidak pernah menginginkanku, jadi tolong lepaskan aku. Aku bukan mainanmu. Tolong biarkan aku bersama Gaspard."
Aku berbalik dan berlari, secepat mungkin yang kubisa.
Di situ, di tengah kesunyian, di tengah gelapnya hallway, Jared terdiam. Melihat sosok yang begitu familier baginya berlari, berlari dari dirinya. "Karena aku tidak bisa, Allison. Tidak pernah bisa." gumamnya, bersamaan dengan teriakan kemenangan The Lions.
(to be continued...)